Dinamika Dunia Kerja, Sikap Pragmatisme dan Idealisme

Baru saja membaca tulisan tentang dinamika dunia kerja. Beberapa rekan terutama yang sudah/pernah bekerja saya rasa juga pernah menemui hal-hal semacam ini, ya dinamika dalam dunia kerja yang saya pernah/sedang mengalami/melihatnya juga. Tapi saya kira pragmatis tidak hanya ditunjukkan ketika mengincar promosi jabatan tertentu saja, tapi bisa jadi untuk mendapatkan sesuatu. Sikut sana – sikut sini, menutup mata dengan rekan yang mungkin lebih membutuhkannya bisa jadi termasuk sebagai sikap pragmatis.

Monggo kita baca bersama tulisannya:

Sebuah pengalaman pribadi, yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dunia kerja dengan segala dinamikanya, menyimpan beribu tantangan yang harus dilalui. Terkadang ada rasa khawatir, rasa tidak mampu hingga kesulitan beadaptasi dengan dunia yang betul-betul baru dan menuntut keahlian.
Bagi seorang fresh graduate seperti saya, mungkin juga dialami oleh teman-teman yang masih di bangku kuliah, dunia kerja hanyalah ada dalam angan-angan, bahkan masih diluar angan-angan. Bagi sebagian fresh graduate, mencari kerja adalah sebuah hal yang sulit, apalagi sudah memiliki penyakit pesimis, merasa tidak mampu bahkan ada yang merasa tidak berguna. Keadaan inilah yang membuat seorang fresh graduate rela bekerja apa saja, asal bisa menghidupi diri sendiri, tak kenal lagi akan idealism keilmuan atau latar belakang pendidikan. Sehingga tidak heran, seorang sarjana pertanian, kerja sebagai marketing, sarjana ekonomi menjadi tukang ojek dan lain-lain.
Dinamika dunia kerja, memang penuh dengan dinamika. Ada yang beruntung, ada pula yang buntung. Dunia kerja adalah dunia pragmatis, berbeda dengan dunia pendidikan yang mengajarkan bagaimana dunia seharusnya (idealis).
Lain lagi halnya jika seseorang sudah masuk dalam dunia kerja. Bekerja disebuah perusahaan misalnya, membutuhkan adaptasi (apalagi latar belakang pendidikan yang berbeda). Jika tantangan ini sudah dilalui, akan muncul tantangan lainnya, seperti promosi jabatan yang tidak pernah diharapkan sebelumnya. dulu sewaktu melamar jadi karyawan, hanya berharap untuk diterima, setelah diterima, berharap gaji dinaikkan, setelah gaji dinaikkan, berharap jabatan dinaikkan, dan seterusnya. Ini adalah satu potret bagaimana dunia kerja disebuah perusahaan.
Ini jelas menunjukkan bahwa dunia kerja adalah dunia yang pragmatis, dan sangat jarang terlihat idealism dalam dunia kerja. Idealisme apa yang bisa ditunjukkan dalam dunia kerja? Saya rasa sangat susah menyebutkannya. Bahkan demi promosi jabatan, seseorang rela sikut-menyikut dengan teman sejawat. Tanpa sikap pragmatis, seseorang sangat mustahil untuk sebuah promosi jabatan misalnya.
Dunia kerja adalah dunia yang real, sehingga tidak heran jika seseorang yang idealis dikampus misalnya, setelah memasuki dunia kerja, sikap idealism ini jarang dinampakkan, karena tuntutan pekerjaan dan karir. Apakah sikap idealisme betul-betul mati? Saya rasa tidak. Seorang yang betul-betul idealis akan tetap idealis, walaupun terkadang muncul sikap pragmatis pada masalah tertentu. Bahkan, seorang yang idealis mampu mensinkronkan fungsi pragmatis dan fungsi idealis. Jika fungsi prgamatis adalah untuk meraih  tantangan baru, maka idealis adalah cara untuk menyeimbangkannya.
http://www.psychologymania.com/2012/02/dinamika-dunia-kerja-sikap-pragmatisme.html

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *